Advertisment
Seusai acara Sapton dan panahan tradisional dalam rangka menyambut hari pariwisata dunia dan hari jadi ke-524 Kuningan, Disporapar Kab. Kuningan kembali menggelar tampilan ragam pesona (Rampes) budaya lokal, bertempat di Open Space Gallery (OSG) Kecamatan Cilimus, Jumat (9/9/2022).
Pergelaran seni budaya daerah yang akan menampilkan sebanyak 15 jenis seni unggulan itu diawali pukul 19.00 (jam 7 malam) sampai dengan selesai. Warga atau pengunjung bisa menyaksikan langsung event Rampes sebagai ajang promosi kepariwisataan yang ada di Kabupaten Kuningan. Para pengunjung tidak dipungut tiket masuk alias gratis. Sehingga pengunjung dapat menikmati tampilan aneka seni budaya lokal Kuningan tanpa dipungut tiket masuk alias gratis.
Ketua penyelenggara kegiatan ragam pesona Kuningan, pada Kantor Disporapar Kab. Kuningan, Teti Sukmawati SE, disampaikan Wakil Ketua kegiatan Rampes, Jono SE, Selasa (6/9/2022), menjelaskan, event Rampes ini merupakan promosi kepariwisataan Kuningan yang dikemas lewat pagelaran seni budaya lokal, audio visual kepariwisataan, pameran kepariwisataan dan lain-lain. Dengan menampilkan kreasi seni karya Sanggar DNR Kuningan, serta bintang tamu Sarah Saputri dan Kezia Aulia Purnama dengan melibatkan kurang lebih 450 peraga seni tari dan tampilan musik lokal Kab. Kuningan.
“Kami selaku penyelenggara kegiatan Rampes, mengajak pada segenap warga atau masyarakat Kab. Kuningan dan sekitarnya untuk menyaksikan pertunjukan seni budaya lokal di OSG Kecamatan Cilimus, Jumat malam (9/9/2022) nanti,” ajak Jono.
Berdasarkan catatan, grup seni yang akan tampil pada saatnya nanti antara lain, pementasan empat set gamelan beserta angklung dari empat desa untuk dilibatkan dalam pentas kolaborasi. Selain itu, rampak calung, rampak kendang, tari Cingcowong, tari Logaytren, Tari Kemprongan , Tari Bokor, Dance Topeng dikolaborasikan dengan zumba dan tampilan seni karinding. Termasuk menghadirkan bintang tamu Sarah Saputri dan Kezia Aulia Purnama, seni beluk dan tayuban, keliningan, pop kecapi kawih dengan juru kawis dari Giri Harja Bandung dan lain-lain.
Dikatakan Jono, melalui pentas seni budaya lokal yang berkolaborasi dengan jenis musik lainnya diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap seni budaya sendiri agar tetap lestari. Khususnya bagi para generasi muda selama ini belum optimal dalam pengembangan seni budaya daerah atas peninggalan karuhun yang memiliki nilai-nilai tinggi. “Kami mengajak pada segenap warga untuk sama-sama menyaksikan pergelaran seni budaya lokal yang tidak kalah menarik oleh seni budaya lainnya,” harap Jono. (Fikhar/BK)