Advertisment
KUNINGAN,(BK).-
Akademisi berperan sebagai konseptor yang melakukan penelitian, membantu pengelolaan identifikasi potensi, dan peluang pengembangan memiliki tanggungjawab terhadap peningkatan kapasitas pengetahuan maupun keterampilan.
“Akademisi merupakan sumber pengetahuan dengan g mencakup kumpulan konsep, teori, dan model pengembangan terbaru sangat relevan dengan kondisi yang ada saat ini,” demikian diungkapkan Sekda Kuningan, Dr H Dian Rachmat Yanuar MSi, dalam menerima kunjungan peserta kuliah lapang mahasiswa program magister (S2) Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), di Aula Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUTR), Minggu (9/10/2022).
Dijelaskan Dian, untuk melakukan pembangunan tidak bisa dilakukan oleh satu pihak, melainkan dijalankan dengan kolaborasi. Saat ini kita menggunakan konsep pentahelix yang menggabungkan peran akademisi, badan usaha (bisnis), komunitas, pemerintah, dan media. Konsep ini bertujuan untuk mengembangkan inovasi pengetahuan yang memiliki potensi bertransformasi menjadi produk maupun jasa yang bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat dengan melibatkan lintas sektor untuk saling berbagi peran.
“Untuk pelestarian alam, Kuningan sebagai daerah konservasi memiliki kebijakan salah satunya adanya alih fungsi Gunung Ciremai menjadi Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), dibangunnya Kebun Raya Kuningan, Hutan Kota dan pembangunan embung. Termasuk dibangunnya Bendungan Kuningan oleh pemerintah pusat yang memiliki kapasitas tampung 25,9 juta meter dan luas genangan 221,59 hektare ini dapat mensuplai air irigasi secara kontinu bagi 3.000 hektare areal sawah masyarakat yang ada di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah,” jelas Dian.
Dalam hal ini akan mendorong peningkatan produktivitas sekaligus kesejahteraan para petani. Jika suplai air untuk irigasi ini terus terjaga, maka petani bisa menambah frekuensi tanamnya dari satu kali setahun menjadi dua atau tiga kali setahun. Selain itu, Kuningan juga menggelontorkan air baku untuk Wilayah Cirebon yang dibingkai dengan kerjasama pengelolaan air. Untuk menjaga keseimbangan alam, budaya menanam pohon menjadi kebijakan yang dilakukan oleh masyarakat maupun ASN, dan ada juga penebaran benih ikan di sungai dan embung.
Selain itu, bahwa Kuningan memiliki populasi untuk sapi potong sebanyak 28.580 ekor tersebar di 20 kecamatan, dan sapi perah 8.538 ekor. Namun ada sebagian wilayah peternakan sapi, dalam pengelolaan kotoran hewan (Kohe) perlu penangan atau solusi. Untuk itu, pemerintah daerah memberikan ruang pada Mahasiswa S2 PSL IPB untuk berkontribusi ide dan pikirannya terkait peningkatan penataan lingkungan sekitarnya. (Raz/BK)