Advertisment
Musibah banjir akibat hujan lebat yang kerap melanda kawasan perumahan Desa Babatan, kini berubah menjadi destinasi wisata (tujuan wisata) domestik hingga merubah wajah Ibu Kota Kecamatan Kadugede Kabupaten Kuningan seakan membawa berkah.
Sebelum terwujud sebagai Desa Agrowisata, kawasan balai desa dan sekitarnya, apabila terjadi hujan lebat selalu terendam limpahan air yang datang dari hulu. Berawal dari situlah, Kepala Desa Babatan, Romi Andrian beserta seluruh aparat desa, selalu berkoodinasi dengan pimpinan kecamatan beserta pihak terkait lainya untuk mengambil langkah penyelamatan agar tidak terjadi lagi genangan yang melanda balai desa, perumahan dan sekitarnya. Berkat kekompakan sejumlah elemen maupun komponen yang ada di masyarakat, kini Desa Babatan Kecamatan Kadugede terbebas dari musibah bannjir tersebut.
“Alhamdulillah, berkat kesungguhan seluruh komponen yang ada di masyarakat, dulu limpahan air membawa musibah, kini membawa berkah dan berubah menjadi tempat rekreasi milik desa dengan harapan menjadi destinasi wisata termaju di Kab. Kuningan,” ungkap Kepala Desa Babatan Romi Andrian, dalam acara launching Desa Babatan menjadi Desa Agrowisata berlangsung di kawasan wisata tersebut, Kamis (29/8/2024).
Ditambahkan Romi, Agrowista Desa Babatan dapat memberikan kenyamanan bagi para pengunjung, karena dilengkapi dengan sebuah Situ/Embung yang dapat digunakan untuk pemancingan ikan maupun kedepan dilengkapi permainan sepedah air. Termasuk kolam renang untuk bermain air bagi anak usia dini, dihiasi berbagai tumbuhan sayuran maupun kolam ikan. Tidak kalah menarik, membangun Green House dalam rangka pengembangan hortikultura (sayuran) serta budidaya melon jenis unggul dengan metode hidroponik. Bertepatan launching tersebut, buah melon itu dipanen langsung untuk dikonsumsi atau dijual pada bandar dengan harga cukup fantastis Rp 75.000 per kg-nya. Satu kali panen dapat menghasilkan sebanyak 200 buah melon jenis unggulan Premium Melon Hamigua, Primium Melon Amerald dan Premium Melon Fijisawa. Ketiga jenis buah melon tersebut berasal dari Jepang yang memiliki cita rasa lebih segar dan manis dengan warna kuning dan merah.
“Menjual melon jenis unggul ini untuk memenuhi kebutuhan pasar atau sejumlah super market yang ada di kota-kota besar. Meski awal pembuatan green house menelan biaya relatif besar, namun beberapa kali panen biaya pembangunan tersebut dapat tertutupi dan kembali modal,” ujar Romi.
Pejabat Sekda, H Asep Taofik Rohman, pihaknya optimis ke depan bahwa Desa Babatan akan meraih lebih banyak lagi keberhasilan. Semua upaya yang dilakukan ini tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, dalam membangun desa ini memerlukan kebersamaan dan partisipasi aktif dari seluruh warga desa setempat. Wujud kebersamaan masyarakat yang direfleksikan dalam kegiatan ini harus tetap dipelihara bahkan ditingkatkan lagi dalam berbagai kegiatan lainnya. Sebab kebersamaan merupakan modal awal untuk menggulirkan ide-ide bagi kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Kab. Kuningan, Wahyu Hidayah. Kata dia, program ketahanan pangan itu bisa dalam berbagai bentuk upaya memenuhi peningkatan produksi pertanian. Bisa membuat saluran irigasi pertanian, pembuatan Embung untuk mengairi sawah, pengambangan atau budidaya komoditas pertanian dan lain-lain. Semua desa juga harus bisa karena ada dana sebesar 20 persen dari jumlah anggaran di desa asalkan dipergunakan sesuai peruntukannya.
Hal yang sama disampaikan Camat Kadugede, Maryanto. Pihaknya mengapresiasi atas terwujudnya kawasan Agrowisata milik Desa Babatan yang dapat dirasakan oleh segenap warga dan sekitarnya. Sebetulnya untuk membuat inovasi demi kemajuan desa tidak terlalu sulit karena dalam APBDes terdapat 20 persen diperuntukan bagi kegiatan program ketahanan pangan seperti yang dilakukan oleh Desa Babatan.
“Kenapa Desa Babatan bisa mewujudkan program ketahanan pangan sesuai potensi yang ada di daerahnya, sedangkan desa lainnya tidak, itu sangat aneh,” ungkap Maryanto. (HEM/BK)