Advertisment
Kalau pembaca menjelajahi Buku Teks Umum (BTU) Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut dengan judul Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut: Cakap Berbahasa dan Bersastra Indonesia, untuk SMA Kelas XI, di laman internet, maka akan menemukan nama penulisnya Maman.
Siapa itu Maman? Tentu saja tidak semua orang yang bernama Maman adalah penulis buku ini. Maman yang satu ini adalah Maman, S.Pd., M.Pd., guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Kadugede Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jangan salah, itulah dia, guru yang punya talenta cukup banyak. Selain penulis BTU Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut, ia juga pengarang cerpen berbahasa Sunda. Carponnya (carita pondok), banyak dimuat di majalah mingguan Sunda Mangle, dan di buletin PGRI Kuningan. Dia penulis puisi-puisi berbahasa Sunda, juga suka berpidato atau berkhutbah Jumat dengan menggunakan bahasa Sunda. Apalagi ia sempat menjadi Ketua MUI di kampung halamannya, Desa Haurkuning Kecamatan Nusaherang Kabupaten Kuningan.
Penulis kondang yang satu ini lebih akrab disapa Pak Maman itu, berduet dengan Rahmah Purwahida, dosen Universitas Negeri Jakarta, dalam menulis buku tersebut. Tentang perjalanannya masuk bursa penulis nasional dalam hal menulis BTU tentu cukup panjang, dan akan menghabiskan berlembar-lembar halaman. Dalam tulisan singkat ini, cukup dikabarkan ihwal buku itu saja, Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut untuk siswa kelas XI SMA. Buku Teks Umum Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut ini adalah semacam buku peminatan. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA itu ada dua jenis. Pertama, Bahasa Indonesia Umum atau Bahasa Indonesia Wajib. Mata pelajaran ini diajarkan, dan sifatnya wajib, bagi peserta didik kelas X, XI, dan XII SMA. Alokasi waktunya 3 jam pelajaran per minggu. Ini berlaku sejak Kurikulum Merdeka diberlakukan, yakni sejak tahun 2021. Dalam kurikulum sebelumnya, Kurtilas (Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas), pelajaran bahasa Indonesia di SMA ini sebanyak 4 jam pelajaran per minggu.
“Yang kedua, mata pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut. Alokasi waktunya 5 jam pelajaran per minggu. Jadi, kalau siswa SMA mendapatkan pelajaran yang satu ini, berarti dia akan belajar Bahasa Indonesia sebanyak 8 jam pelajaran per minggunya. Yakni; 3 jam pelajaran Bahasa Indonesia Wajib, dan 5 jam pelajaran Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut,” lanjut Maman, Minggu (20/10/2024).
“Kayaknya setelah pelantikan presiden. Siapa tahu, setelah presiden dilantik, lusa Prabowo melantik Mendikbud baru. Dan regulasi penulisan buku mungkin akan berubah lagi,” ujar Maman, menjawab pertanyaan mengapa buku hasil revisinya belum beredar.
Lalu apa bedanya Bahasa Indonesia Wajib dan Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut? Secara prinsip tak jauh beda. Kalaupun mau diperbedakan, BTU Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut ini lebih luas dan lebih mendalam.
“Ya bedalah, masa harus dipersamakan. Kalau gak gak ada beda, ya tidak akan ada mapel (mata pelajaran) Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut. Dapat kita lihat perbedaannya mulai dari CP (capaian pembelajaran). CP untuk Bahasa Indonesia wajib Fase F (untuk SMA Kelas XI/XII), pada elemen menyimak, misalnya, berbunyi seperti ini. “Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari menyimak berbagai tipe teks (nonfiksi dan fiksi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara; mengkreasi dan mengapresiasi gagasan dan pendapat untuk menanggapi teks yang disimak”. Sedangkan untuk Bahasa Indonesia Tingkat Lanjut, pada fase yang sama, elemen menyimak, berbunyi “Peserta didik mampu mengevaluasi berbagai gagasan dan pandangan berdasarkan kaidah logika berpikir dari menyimak berbagai tipe teks (deskripsi, laporan, rekon, eksplanasi, eksposisi, instruksi/prosedur, serta narasi) dalam bentuk monolog, dialog, dan gelar wicara; mengkreasi dan mengapresiasi gagasan dan pendapat untuk menanggapi teks yang disimak. Peserta didik mampu menyimak, menafsirkan, mengapresiasi, mengevaluasi, dan menciptakan teks sastra Nusantara (seperti puisi rakyat, pantun, syair, hikayat, gurindam) dan sastra universal seperti novel, puisi, prosa, drama, film, dan teks multimedia dan multimodal (lisan, audio, video, cetak, dan digital),” pungkas Maman.
Dalam hal ini, Kepala SMA Negeri 1 Kadugede, Rhida Jaya Bhuana MPd, pihaknya merasa bangga atas keberhasilan Maman yang memiliki kemampuan/keahlian mengarang buku matapelajaran Bahasa Indonesia diperuntukan bagi siswa SMA di seluruh Indonesia. Oleh sebab itu, Maman telah membawa nama baik sekolah (SMA Negeri 1 Kadugede maupun daerah (Kabupaten Kuningan Jawa Barat) di tingkat nasional. (HEM/BK)