Redaksi
Senin, 10/28/2024 09:29:00 AM WIB
HeadlineMuslim

Polemik Kajian Dakwah oleh Penceramah Muda di Kalangan Anak Muda

Advertisment

Oleh: Firda Nur Alifah Zahra
Mahasiswi Prodi Hukum Keluarga STISHK

KUNINGAN, (BK) –

Dalam agama Islam, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini ditegaskan dalam berbagai hadits Nabi Muhammad SAW yang mendorong umat Islam untuk mencari ilmu sepanjang hidup. Salah satunya adalah hadits:

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْد

Artinya, "Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur."

Menuntut ilmu secara langsung dari guru dianggap lebih utama dibandingkan belajar mandiri, sebab menerima ilmu secara lisan dari seorang guru dapat menjaga kesinambungan dan keutuhan ilmu tersebut. Dalam era modern saat ini, terutama di kalangan anak muda, kajian dakwah semakin diminati. Uniknya, kajian ini tak hanya diisi oleh kyai atau penceramah senior, tetapi juga oleh penceramah muda, seperti Ustadz Hanan Attaki, Ustadz Handy Bonny, dan Habib Husein Ja’far, bahkan influencer seperti Agam Fachrul dan Taqy Malik turut berperan dalam membawakan kajian. Tema-tema yang diangkat pun terasa dekat dengan kehidupan anak muda, seperti "Gaul Tapi Paham Agama" atau "Jomblo Fisabilillah," menjadikan kajian ini terasa relevan dan menarik bagi mereka.

Kajian dakwah yang dibawakan penceramah muda ini mendapat dukungan dari banyak orang. Dengan pendekatan yang modern dan penggunaan istilah kekinian, topik-topik tersebut dinilai mampu memotivasi dan menginspirasi anak muda untuk berhijrah. Namun, kajian ini juga menuai kritik. Beberapa kalangan merasa bahwa pelaksanaannya terkadang kurang sesuai dengan syariat Islam. Misalnya, tidak adanya pemisah antara laki-laki dan perempuan, serta tema-tema yang sering kali berfokus pada isu percintaan.

Sebagian masyarakat berharap agar kajian dakwah bagi anak muda lebih menitikberatkan pada pembahasan tentang ketauhidan. Mereka khawatir bahwa tema yang terlalu populer atau ringan kurang mendukung pemahaman mendalam tentang Islam, terutama bagi mereka yang baru mulai berhijrah.

Namun, di sisi lain, pendekatan modern yang diterapkan penceramah muda justru menjadi daya tarik tersendiri. Dengan gaya penyampaian yang sederhana, diskusi yang interaktif, serta penggunaan konsep pengembangan diri dan psikologi, mereka berhasil menjangkau audiens yang lebih luas, terutama dari kalangan anak muda. Kajian ini bukan hanya dilihat dari sisi kepopulerannya, melainkan sebagai upaya untuk memperkenalkan Islam secara lebih relevan tanpa mengesampingkan kualitas isi.

Maka, kajian dakwah yang dibawakan oleh penceramah muda ini memiliki potensi besar dalam menarik minat generasi muda untuk lebih mendalami agama. Namun, penting untuk terus menjaga agar kualitas dan esensi ajaran Islam tetap terjaga Wallahu a'lam bishawab. (Apip/ BK)