Kamis, 1/23/2025 07:26:00 PM WIB
HeadlineMuslim

Ustadz Fitriyadi Siraj Menyampaikan Tentang Murtad Yang Disebabkan Oleh Ucapan

Advertisment

 

Ustadz Fitriyadi Siraj.

KUNINGAN, (BK).-

Bersumber dari Kitab Sulam Taufik, Ustadz Fitriyadi Siraj menyampaikan tentang murtad yang disebabkan oleh ucapan lewat Kultum Subuh berlangsung di Masjid Agung Syiarul Islam Kabupaten Kuningan, Selasa (21/1/2025).

Menurutnya, murtad sebab ucapan yang jumlahnya sangat banyak dan tidak terbatas. Di antaranya, adalah ketika seseorang berkata kepada seorang Muslim: "Wahai Kafir," atau "Wahai Yahudi," maupun "Wahai Nasrani," dan "wahai orang yang tidak memiliki agama," dengan maksud bahwa agama yang dianut oleh orang yang diajak bicara adalah kekufuran, atau ke-Yahudi-an, atau ke-Nasrani-an, atau bukan merupakan agama.

Rasulullah ﷺ bersabda:

«إِذَا قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا»

"Jika seseorang berkata kepada saudaranya, 'Wahai kafir,' maka ucapan itu akan kembali kepada salah satu dari mereka."

(HR. Bukhari Muslim)

Seperti memperolok-olokkan dengan salah satu nama Allah Ta'ala, janji-Nya, atau ancaman-Nya, padahal tidak tersembunyi bagi-Nya siapa yang menyandarkan hal itu kepada-Nya. Seperti seseorang yang berkata: 'Jika Allah memerintahkanku untuk melakukan ini, aku tidak akan melakukannya.'

Atau berkata: 'Jika kiblat dipindahkan ke arah tertentu, aku tidak akan shalat menghadap ke sana.'

Termasuk berkata: 'Jika Allah memberiku surga, aku tidak akan memasukinya,' dengan maksud meremehkan atau menunjukkan sikap menantang dalam semua hal tersebut. Seperti seseorang yang berkata: 'Jika Allah menghukumku karena meninggalkan shalat dalam kondisiku yang sedang sakit ini, maka Dia telah menzalimiku.'

Atau berkata: 'Apa yang terjadi ini terjadi tanpa takdir dari Allah.' 'Seandainya para Nabi, Malaikat, atau seluruh kaum muslimin bersaksi di hadapanku tentang sesuatu, aku tidak akan menerimanya’. Atau berkata: “Aku tidak akan melakukan hal ini, meskipun itu adalah sunnah,' dengan maksud mengejek."

Teramsuk berkata terhadap suatu hukum yang telah ditetapkan dalam hukum-hukum syariat, “Hukum ini tidak benar,” atau “Saya tidak tahu hukumnya,” dengan maksud mengejek hukum Allah. Selain itu, dia berkata kepada seorang Muslim, “Aku adalah musuhmu dan musuh Nabimu,” atau kepada seorang keturunan mulia (syarif), “Aku adalah musuhmu dan musuh kakekmu,” dengan maksud merujuk kepada Nabi Muhammad ﷺ. Selain itu mengucapkan: "Aku tidak pernah mendapatkan kebaikan sejak aku melaksanakan salat," atau, "Salat tidak cocok bagiku" — jika yang dimaksud adalah meremehkan salat, mengejeknya, menghalalkan untuk meninggalkannya, atau merasa sial dengan salat.

“Kesimpulan dari sebagian besar ungkapan tersebut kembali pada prinsip bahwa: setiap keyakinan, perbuatan, atau ucapan yang menunjukkan penghinaan atau pelecehan terhadap Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, malaikat-Nya, syiar-Nya, tanda-tanda agama-Nya, hukum-Nya, janji-Nya, atau ancaman-Nya, maka itu termasuk kekufuran atau kemaksiatan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang berhati-hati dari hal tersebut semaksimal mungkin,” pungkas Ustadz Fitriyadi. (HEM/BK)