Redaksi
Selasa, 3/04/2025 06:59:00 AM WIB
BirokrasiHeadline

Maman Sukiman Belajar Memajukan Wilayah Dari Negara Jepang Dengan Harapan Dapat Diterapkan Di Kuningan

Advertisment

KUNINGAN, (BK).-

Suatu penghormatan yang paling berharga, dari sekian ribu PNS yang bertugas di Pemerintah Kabupaten Kuningan, hanya Maman Sukiman, sebagai Perencanaan Ahli Madya Bidang Spesial Perencanaan Wilayah Bappeda Kabupaten Kuningan untuk belajar cara memajukan wilayah di Negara Jepang.

Selama dua pekan, dia mengikuti pelatihan di Negeri Sakura melalui pelatihan Capacity Development for Coordination and Promotion of Regional Development. Selama berada di Jepang, Maman banyak menimbang ilmu serta pengetahuan dengan harapan dapat diterapkan di Kabupaten Kuningan.

“Alhamdulillah saya bersyukur dapat diundang untuk mengikuti Kegiatan Training in Japan oleh JICA yang difasilitasi oleh Badan Pengelola Kawasan Rebana. Kegiatan yang dilaksanakan sejak tanggal 11 hingga menjelang akhir bulan Februari 2025 tersebut memberikan banyak wawasan baru dan inspirasi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam memajukan wilayah Kabupaten Kuningan. Terutama di bidang pertanian, pariwisata, dan pengembangan energi baru terbarukan. Harus diakui bahwa Jepang memiliki keunggulan SDM, inovasi teknologi dan infrastruktur yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia,” papar Maman, Senin (3/3/2025).


Meskipun Jepang mengalami kesulitan dalam mencari buruh tani seperti yang terjadi di Kota Aso. Mereka bisa mengatasinya dengan memanfaatkan teknologi pertanian dan mendatangkan buruh tani dari negara lain. Pemerintah setempatnya juga memasukkan muatan lokal bertani pada kurikulum belajar di tingkat SD. Lalu, demi menduniakan pertanian di Kota Aso, mereka mendaftarkan kawasan pertaniannya sebagai Situs Warisan Pertanian Penting Dunia ke Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Langkah tersebut dilakukan melalui program Globally Important Agricultural Heritage Systems (GIAHS).

Dijelaskan Maman, dibidang pariwisata, Pemerintah Kota Aso berkolaborasi dengan para pelaku industri pariwisata dalam menggaet wisatawan domestik maupun mancanegara. Mereka juga mendaftarkan Geopark Aso ke UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia agar pariwisata mereka lebih dikenal oleh mancanegara. Ada yang menarik yaitu, mereka banyak melakukan kolaborasi dengan agen-agen perjalanan dan asosiasi pemandu wisata dalam menyelenggarakan aktivitas pariwisata. Agen-agen perjalanan berkreasi membuat paket-paket wisata untuk dilaksanakan di Kota Aso.

Sebagai contoh, pada musim tertentu terdapat paket wisata seharga 300 juta rupiah semalam yang isinya glamping dan makan daging sapi khas Jepang atau dikenal dengan nama sapi wagyu. Agen perjalanan menyediakan juru masak profesional dan bekerja sama dengan pemandu wisata terlatih dan kelompok masyarakat lokal. Kontribusi kepada pemerintah setempat antara lain berupa pemasukan sebesar 5 (lima) persen untuk pajak daerah.

“Untuk penerapan di Kabupaten Kuningan, kita bisa membina dan memfasilitasi para pelaku industri pariwisata untuk dapat saling berkolaborasi mengembangkan paket-paket wisata. Sebagai contoh, penyedia homestay dapat berkolaborasi dengan pengusaha daging kambing guling atau pengusaha ikan bakar untuk menambah pengalaman menarik yang dipesan saat mem-booking penginapan. Promosi penginapannya selain bahasa Indonesia, juga dapat menggunakan bahasa Inggris, Korea ataupun China,” tutur Maman.


Dikatakannya, jika memerlukan interpreter atau penerjemah, kita bisa berkolaborasi dengan siswa atau mahasiswa program studi tertentu sebagai pemandu. Kita juga bisa berkolaborasi dengan penyedia akomodasi dalam penyediaan informasi destinasi wisata di daerah. Di Jepang, rata-rata di setiap kamar hotel terdapat info dan peta destinasi wisata. Paket-paket wisata pun bisa lebih divariasikan misalnya paket wisata religi digabungkan dengan wisata alam alam dan kuliner lokal.

Untuk mendukung ekonomi kreatif penunjang pariwisata, kita dapat menetapkan maskot yang lucu dan unik yang menjadi ciri khas daerah. Maskot tersebut dapat dipilih dari hewan-hewan khas seperti kuda, surili, ikan kancra bodas, ikan kancra merah, macan tutul dan sebagainya. Kita pun dapat menetapkan tempat-tempat ikonik untuk menjadi penciri khas Kuningan seperti Ikon Gunung Ciremai, Waduk Darma, makanan khas Tape Ketan dan sebagainya. Setelah itu, kita bisa berkolaborasi dengan para pengrajin ataupun pelaku ekonomi kreatif untuk membuat suvenir dari maskot dan ikon tersebut seperti berupa gantungan kunci, boneka, magnet kulkas, kaos dan sebagainya.

Tentunya kita pun perlu berkolaborasi dengan toko oleh-oleh maupun supermarket untuk menyediakan tempat penjualan oleh-oleh khas Kuningan. Hal ini sebagaimana dilakukan di Prefektur Kumamoto di Jepang. Mereka menjadikan Beruang Kumamon sebagai maskot dan karakter animasi “One Piece” sebagai ikon wisata daerah.

“Kita juga perlu mempertimbangkan untuk membangun destinasi wisata yang baru yang sesuai dengan karakter yang diinginkan wisatawan domestik maupun mancanegara, namun memiliki kekhasan daerah. Hal ini juga perlu didukung dengan kebijakan dan perencanaan sektoral yang komprehensif agar pembangunan industri pariwisata bisa lebih berkelanjutan. Bila perlu kita bisa mempertimbangkan untuk mengundang investor yang punya peran mendukung aktivitas pariwisata seperti investor pengolah susu sapi menjadi berbagai macam variasi olahan dalam bentuk permen susu, coklat susu, kue dan sebagainya, atau investor di bidang pengolahan produk-produk hasil pertanian dan perkebunan di Kabupaten Kuningan,” papar Maman.

Saat ini di Jepang sangat fokus pada upaya-upaya untuk mengurangi emisi karbon. Salah satu upaya yang telah dilakukan yaitu mendorong pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Salah satu EBT yang dikembangkan di wilayah Geopark Aso yaitu pemanfaatan energi surya, energi angin, dan energi geotermal yang ramah lingkungan. (HEM/BK)